Shalat Jumat, Shalat Berjamaah Libur?

Oleh : Dudung Nurullah Koswara

(Praktisi Pendidikan)

Ikatan Ulama Besar al-Azhar menetapkan boleh secara syariat untuk tidak melakukan shalat Jumat dan shalat jamaah dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona (Covid 19). Keputusan ini diambil saat rapat bersama Haiah Kibaril Ulama al-Azhar (Ikatan Ulama Besar al-Azhar) hari Minggu, 15/03 waktu Mesir.

Menurut para ulama al-Azhar, ada dua udzur yang memperbolehkan seseorang meninggalkan shalat Jumat dan shalat jamaah adalah ketakutan dan sakit. Salah satu dalil nash yang dijadikan acuan adalah hadis riwayat Abu Dawud yang menjelaskan bahwa menurut Rasulullah SAW, udzur shalat adalah sakit dan takut.

Narasi di atas disampaikan oleh M. Alvin Nur Choironi, Redaktur Islamidotco, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pegiat kajian tafsir dan hadis. Narasi lainnya dari Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF memberikan imbauan agar umat Muslim di wilayah yang terdapat kasus infeksi virus corona tidak melaksanakan shalat Jumat sementara waktu dan menggantinya dengan shalat Zhuhur di rumah.

Berulang Saya tuliskan agama itu untuk manusia, bukan manusia untuk agama. Agama hadir untuk kesejahteraan umat manusia. Bila dalam keadaan bahaya, menakutkan, sakit dan keadaan darurat lainnya seseorang dibolehkan tidak melaksanakan ritual agama sebagaimana biasanya. Sahalat Jumat bisa ditinggalkan sementara waktu.

Agama untuk manusia. Agama tidak mengorbankan manusia. Agama adalah jalan keselamatan bukan jalan yang mengorbankan umat manusia. Nabi Ibrahim AS saat membawa ajaran agama menyelamatkan umat manusia dari tradisi disembelih. Satu versi sejarah mengatakan keberhasilan Nabi Ibrahim AS adalah menghentikan tradisi menyembelih manusia diganti dengan hewan.

Agama hadir memberi solusi, agama untuk kebaikan manusia. Agama hadir untuk menertibkan manusia yang atheis menjadi theis. Agama hadir menertibakan manusia yang politheis menjadi monotheis. Agama adalah pembeda (furqon) mana yang hak dan bathil. Mana yang buruk bagi manusia mana yang memulikan manusia. Agama tidak menistakan manusia. Agama tidak menyuruh bunuh diri apalagi membunuh orang lain dan menghalalkan darahnya!

Agama itu mema’afakan. Agama itu membawa kedamaian. Agama itu memberi keteduhan, keamanan dan kenyamanan bagi semua umat manusia. Nabi Muhammad SAW diludahi, Ia mema’afkan. Apa yang terjadi? Si Peludah sadar dan menjadi orang beriman. Nabi Isa AS begitu pengasih, “Bila pipi kanan ditampar, berikan pipi kiri”. Tidak membalas atas perlakuan jahat. Api dipadamkan dengan air.

Pesan kisah Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa AS di atas adalah pelajaran bagi kita, bahwa ajaran agama itu mengutamakan kemanusiaan. Mengutamakan pema’afan, toleransi, sabar dan menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Agama dan ritual agama itu endingnya adalah tindak sosial yang mensejahterakan manusia. Agama itu lebih kepada membawa pesan sosial dan kemanusiaan.

Shalat adalah ritual, termasuk shalat Jumat. Ritual itu menguatkan bathin dan lahir agar kita berdzikir kepada yang maha kuasa. Shalat itu sebagian orang menyebutkan adalah puncaknya dzikir. Shalat itu adalah penghadapan hamba kepada Sang Khaliq. Sesungguhnya apabila salah seorang diantara kita menunaikan shalat, maka dia sedang bermunajat (berbisik) kepad Rabbnya (HR. Al-Bukhâri).

Dalam pandemi virus corona tidaklah berlebihan bila MUI, para ulama Al Azhar dan beberapa negara “meliburkan” sementara shalat Jumat dan shalat berjamaah di masjid. Lockdown adalah sebuah istilah yang membawa pesan agar kita semua diam diri di rumah, tidak berbaur dengan publik, bahkan dalam kegiatan keagamaan sekalipun. Sifatnya sementara saat ada pandemi.

Anies Baswedan menyarankan menunda dahulu pengajian atau sejenis tabligh akbar dan kegiatan keagamaan lainnya yang mengumpulkan banyak masa. Ini akan termasuk shalat Jumat dan sahalat berhamaah sebaiknya dilakukan di rumah saja bersama keluarga. Di Iran, Palestina dan Singapura shalat Jum’at diliburkan. Di Arab Saudi dan Malayasia , shalat Jum’at disingkat, dipadatkan sekitar 15 menitan (deticnews).

Imam Besar Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA, Ph.D mengatakan virus corona itu bukan azab melainkan musibah atau bala. Dalam musibah besar ini kita semua umat beragama harus mencari selamat dan memberikan keselamaan pada orang lain. Jangan sampai karena tujuan baik menghasilkan hal yang tak baik. Shalat adalah ritual yang menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar.

Para ulama mungkin sepakat bahwa “libur” shalat Jum’at dan shalat berjamaah sementara waktu, saat pandemi virus corona adalah bagian dari substansi pesan shalat yakni menjauhan diri dari perbuatan keji dan munkar. Kita bisa jadi “keji dan munkar” bila menjadi penyebab orang lain tertular virus corona yang mematikan. Kita tidak harus menjadi korban orang lain karena virus corona tau mengorbankan orang lain karena kita terjangkit.

Seorang ulama mengatakan ibadah terbaik itu adalah ibadah sosial. Seorang bijak mengatakan, “Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang banyak manfaatnya bagi kehidupan sekitar”. Mari kita menjadi bagian dari manusia yang bermanfaat bagi sesama. Mengikuti anjuran atau saran ilmu pengetahuan bidang kesehatah agar kita “lockdown” adalah ibadah. Ikuti pengetahuan, seni dan agama hidup akan lebih baik!